Rabu, 04 April 2018

Untuk siapapun, yang berhasil sembuh

Hai, bagaimana kabarmu sekarang?
Lebih baik tanpaku? Atau sebaliknya?
Semoga kau berada di kalimat pertama baris kedua.. Pertanyaanku ya,

Oh iya, beberapa waktu lalu,
Aku memimpikanmu, wajahmu masih tak berubah, tetap sama.

Lugu, menenangkan dan menyenangkanku.
Sekarang kau sibuk apa?
Semoga selalu lancar dalam setiap usahamu ya.
Kudengar-dengar, katanyaa....
Hmm, katanyaaaa....
Ah, aku malu untuk menanyakan hal ini,
Karena seharusnya aku sudah tidak perlu tahu lagi,
Setiap celah dalam kehidupanmu.

Tapi baiklah, kusederhanakan saja.
Aku sudah terlupakan dalam pikiranmu, bukan?
Jika memang iya, aku turut berbahagia atasmu,
Dulu, untuk bersanding denganmu kukira hanya angan,
Ternyata, tuhan membuatnya jadi kenyataan,
Meski akhirnya kandas di tengah jalan.

Wah, bahagia sekali rasanya mengingat hal itu,
Apalagi saat jemarimu mengisi jemariku yang kosong,
Rasanya, aku seperti dijaga dengan sangat baik,
Rasanya, aku ini sangat penting bagimu.

Jangan kau tanya sebahagia apa diriku saat itu,
Karna aku pun tak yakin bisa menjelaskannya,
Oh iya, Kamu masih ingat perbincangan kita waktu itu?
Katamu, "Kamu gak boleh nangis dengan sebab apapun, atau karna siapapun. Sebagianku itu kamu, kamu yang tersayat, aku pun akan ikut berdarah"

Demi apapun, pikiranku langsung kosong saat itu,
Karna aku terlalu bahagia mendengarnya,
Ku aminkan dalam hatiku,
Semoga kamu, benar benar sadar saat mengucapkannya.
Kau tahu?
Saat bersamamu, kau tak bersuarapun, aku tenang.
Kau tahu?
Namamu selalu menggema disetiap doa baik ku
Dan kau tahu?
Aku seseorang yang merasa beruntung telah dimiliki,
Oleh seseorang sepertimu.


Meski pada akhirnya,
Harus ada rela yang terlepas,
Karna semakin hari, ku menyadari perubahanmu.
Kau tak lagi sama, berbeda dengan biasanya.
Ku yakini semua akan baik-baik saja,
Meski sebenarnya logika ku menolak mentah-mentah.
Karenamu, pikiranku perlahan menjadi keruh.
Dan semakin hari, aku merasa seperti bukan apa-apa lagi,
Meski petang hari itu kau memandangku dalam-dalam,
Ku tahu, kau sudah mulai beranjak meninggalkanku.
Melupakan perkataanmu yang dulu berhasil meyakinkanku, bahwa ; semua akan baik baik saja, sesulit apapun keadaannya.


Aku seharusnya sadar, bahwa sebaik apapun manusia berucap, mereka akan selalu bisa mematahkan ucapannya, kapanpun.
Berpura-pura seolah semuanya tak pernah terjadi,
Seperti semuanya akan terwujud secara perlahan,
Dan kenyataannya,
Semua harus patah,
Seperti seseorang yang terdampar,
Di tempat antah berantah, hilang tak tau arah,


Tapi tak mengapa,
Semakin hari, aku semakin mengerti,
Bahwa selalu ada bagian dari hidup,
Yang hanya perlu diterima,
Tanpa harus coba dimengerti,


Dan sekarang, aku sudah merasa lega,
Menjadi seseorang yang merasa merdeka,
Tanpa perlu bersusah payah menyalahkan diri sendiri,
Karna merasa diperlakukan tidak adil.

Dulu, hanya kebodohanku saja.
Untuk terlalu mudah percaya pada apa-apa,
Yang sebenarnya masih semu,
Jangan kan terlihat, untuk merabanya saja ku rasa mustahil.

Dan jika kamu membaca ini,
Aku ingin mengucapkan terima kasih,
Terima kasih telah menjadi separuh,
Yang pernah membuatku utuh,
Meski akhirnya takdir tak berpihak kepada kita,
Ku harap, kau tak mudah berucap,
Saat kau merasa semuanya sudah kau genggam,
Sampai kau lupa, bagaimana cara merawatnya dengan baik,

Ini ditulis oleh seseorang yang berhasil sembuh,
Setelah di hempas dari ketinggian berpuluh-puluh.


Senin, 15 Januari 2018

Teruntuk Sebuah Nama

Teruntuk sebuah nama, pemeran utama dari patah hatiku..
Aku pamit pergi, atas semua luka dan kepedihan selama ini..
Tak ada lagi yang mampu ku selamatkan dari puing-puing hati ini..
Maaf jika aku menjauhimu, maaf jika aku menghindarimu..
Aku tidak membencimu, aku takkan pernah bisa membencimu..
Aku minta kamu mohon ngerti betapa sakit di hati ini..


Rasanya terlalu sakit ngeliat kamu disekitarku..
Maaf kalo memang aku block semua sosmed kamu, kalo kamu tanyakan "kenapa?"
Karna aku gamau tau lagi kabar kamu, dipaksa untuk sadar, bahwa kamu tetap bisa tersenyum tanpa aku, sedangkan aku sangat sulit melakukannya.
Mohonku padamu, pergilah sementara waktu, atau setidaknya, izinkan aku ngelepas kamu.
Sampai senyum kamu tak terasa luka lagi bagiku...


Harusnya aku sadar dari awal. Tak ada yang salah denganmu, aku yang hanya memaksakan diri untuk selalu ada untukmu, selalu siaga disampingmu. Padahal sebenarnya, kamu sama sekali tak membutuhkanku.
Harusnya dari awal aku tahu, kau tak pernah bersungguh sungguh dalam mengucapkan kata sayang.
Kau hanya sedang kesepian, dan kebetulan ada aku yang datang menawarkan tawa.


Kamu, kamu, kamu, dan kamu..
Tak ada lagi kisah selain kamu, hingga kalian pun mungkin bosan mendengarnya..
Sudah begitu lama terkubur dalam jurang derita..
Ingin bangkit dan melangkah, namun hanya dalam sebatas asa.
Lagi lagi aku gagal oleh keadaan
Yang pada akhirnya aku tetap diam dan bertahan.


Sebelumnya memang iya, aku selalu kalah dalam perang melawan hati saat dipaksa terus berjuang atau tetap bertahan.
Namun keadaan kali ini benar-benar berbeda..
Hati dan keinginan mulai sejalan
Bangkit, melangkah, dan berjalan sampai usai.


Ku harap..
Aku dan dia tak lagi berjumpa dalam keadaan duka.
Perlahan waktu akan menyembuhkan luka dan kenangan lama.
Sampai akhirnya,
Saat kudengar namanya hatiku biasa saja.


Aku pamit pergi,
Terima kasih atas masa yang bagiku cukup berharga.
Bahagiaku, marahku, sedihku, kecewaku, atau juga harapanku
Aku sedang belajar mengikhlaskannya
Do'akan aku agar selalu bahagia.
Tanpa harus kembali mengingat dan terpuruk pada cerita lama.