Teruntuk sebuah nama, pemeran utama dari patah hatiku..
Aku pamit pergi, atas semua luka dan kepedihan selama ini..
Tak ada lagi yang mampu ku selamatkan dari puing-puing hati ini..
Maaf jika aku menjauhimu, maaf jika aku menghindarimu..
Aku tidak membencimu, aku takkan pernah bisa membencimu..
Aku minta kamu mohon ngerti betapa sakit di hati ini..
Rasanya terlalu sakit ngeliat kamu disekitarku..
Maaf kalo memang aku block semua sosmed kamu, kalo kamu tanyakan "kenapa?"
Karna aku gamau tau lagi kabar kamu, dipaksa untuk sadar, bahwa kamu tetap bisa tersenyum tanpa aku, sedangkan aku sangat sulit melakukannya.
Mohonku padamu, pergilah sementara waktu, atau setidaknya, izinkan aku ngelepas kamu.
Sampai senyum kamu tak terasa luka lagi bagiku...
Harusnya aku sadar dari awal. Tak ada yang salah denganmu, aku yang hanya memaksakan diri untuk selalu ada untukmu, selalu siaga disampingmu. Padahal sebenarnya, kamu sama sekali tak membutuhkanku.
Harusnya dari awal aku tahu, kau tak pernah bersungguh sungguh dalam mengucapkan kata sayang.
Kau hanya sedang kesepian, dan kebetulan ada aku yang datang menawarkan tawa.
Kamu, kamu, kamu, dan kamu..
Tak ada lagi kisah selain kamu, hingga kalian pun mungkin bosan mendengarnya..
Sudah begitu lama terkubur dalam jurang derita..
Ingin bangkit dan melangkah, namun hanya dalam sebatas asa.
Lagi lagi aku gagal oleh keadaan
Yang pada akhirnya aku tetap diam dan bertahan.
Sebelumnya memang iya, aku selalu kalah dalam perang melawan hati saat dipaksa terus berjuang atau tetap bertahan.
Namun keadaan kali ini benar-benar berbeda..
Hati dan keinginan mulai sejalan
Bangkit, melangkah, dan berjalan sampai usai.
Ku harap..
Aku dan dia tak lagi berjumpa dalam keadaan duka.
Perlahan waktu akan menyembuhkan luka dan kenangan lama.
Sampai akhirnya,
Saat kudengar namanya hatiku biasa saja.
Aku pamit pergi,
Terima kasih atas masa yang bagiku cukup berharga.
Bahagiaku, marahku, sedihku, kecewaku, atau juga harapanku
Aku sedang belajar mengikhlaskannya
Do'akan aku agar selalu bahagia.
Tanpa harus kembali mengingat dan terpuruk pada cerita lama.