Rabu, 17 Mei 2017

Cinta (dalam) Diam


Tak tau harus dari mana ku mulai semua tulisan ini. Jariku mulai bergerak semaunya.
Seakan semua hal yang dilakukannya diluar kehendakku.
Otakku tak mampu lagi berfikir apapun, ragaku disini tapi jiwaku melayang entah kemana.
Menelusuri ingatan-ingatan menyenangkan, menyakitkan, duka, luka, perih, tawa, canda sudah bercampur aduk.

Entah bagaimana Tuhan dengan mudahnya membolak-balikkan hati seorang insan manusia.
Membuat semuanya begitu tak masuk akal, membuatnya menjadi semakin abu-abu.
Seolah sengaja membuatku terombang-ambing.
Perlahan ia mulai terang benderang, lalu sekejap kemudian dia menjadi begitu redup.
Tak ada yang bisa ku kisahkan lagi apapun tentang kita, semua kisah sekarang hanya menjadi milikku.

Mungkin orang berubah karna ada dua alasan,
Yang pertama mungkin fikirannya sudah terbuka,
Dan yang kedua, mungkin hatinya sudah hancur, hatinya sudah patah.
Sehingga tak mampu melekatkan pesona sifat dimana pada awal perjalanan ia begitu hebat.

Kau mungkin berfikir aku tak pernah mengerti akan dirimu,
Kalau kamu merasa aku tak cukup mengerti dirimu, maka tunjukkanlah caranya.
Kita bersama bukan untuk saling menerka dan kemudian terluka.
Inilah aku, tidak semua orang dilahirkan dengan kekuatan untuk mengatakan apa yang mereka rasakan.

Sekarang, semua tergantung seberapa penting kehadiran seseorang itu di dalam hidupmu.
Kalau memang kamu sangat menginginkannya, sangat rindu akan hadirnya.
Maka ungkapkanlah, katakan kepadanya jika memang kamu punya cukup keberanian.
Karna mungkin dia akan selamanya tetap memendam apa yang ia rasakan.
Beberapa orang bisa cukup bahagia, walaupun hanya mencintai dalam diam.

Jangan fikirkan dia pria dan kamu wanita, atau kamu pria dia wanita.
Selama itu untuk kebahagian hati dan masa depanmu. Kejarlah.
Toh orang lain tak akan bisa mencampuri kebahagiaan kalian.
Jangan sampai penyesalan datang lalu kalian bertindak.
Bertindaklah sebelum penyesalan itu datang.

Ada mata yang hanya menatapmu, namun hatinya tak menetap.
Ada senyum yang kamu fikir untukmu, padahal tidak.
Selalu ada yang kamu fikir milikmu, ternyata bukan.

Mengapa orang yang pernah begitu mencinta bisa memutuskan untuk meninggalkan, memungut benci lalu memeluknya dalam-dalam ?
Bagaimana bisa sudah bertahun-tahun hingga terhitung sekian dasawarsa yang ada menjadi nihil tiada ?
Manusia itu aneh, untuk apa dulu keras memperjuangkan, lama mempertahankan, kemudian dengan mudah melepaskan ?

Mereka itu dipertemukan dengan kebahagiaan, bersama dalam balutan kenyamanan, hingga pada satu masa langkah mereka sudah tak mau lagi seirama, Ada yang terlalu cepat, namun enggan menunggu yang lain. Ada yang terlalu lambat, tapi tak berkeinginan memperlebar langkah agar seiring kembali. Mereka hanya tak bisa lagi menyamai. Yang terbesit hanya pergi, lari, pergi, lari.

Saling memendam rindu yang sama tapi malu dan enggan bertegur sapa.
Memperhatikan dari kejauhan, memikirkan dalam ketidakpastian.
Mencintai dalam diam, menyayangi secara tidak langsung, mengagumi dalam pengabaian.

Bisakah putri cantik yang sempurna mencintai seorang pria buruk rupa yang selalu melihatnya dari kejauhan ?


Berharap suatu saat akan didengar, walau pada akhirnya yang terdengar hanyalah rintihan rasa.
Some hearts understands each other, even in silence...

-D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar